Rabu, 30 Juni 2010

TAHAP-TAHAP PERAWATAN DALAM KEPERAWATAN MENURUT PEPLAU
ORIENTASI (ORIENTATION)
Tahapan pertama adalah orientasi, dimana perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing. Pasien dan atau keluarga memiliki “rasa butuh” maka penolong professional di cari. Tetapi kebutuhan ini belumlah di identifikasi atau di mengerti oleh individu-individu yang terlibat. Sebagai contoh seorang gadis 16 tahun menelpon komunitas pusat kesehatan jiwa hanya karena ia merasa ”tertekan”. Inilah tahap bahwa perawat perlu menolong pasien dan keluarga untuk memahami sesungguhnya apa yang terjadi dengan pasien.
Merupakan hal yang sangat penting bahwa perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk menganalisa keadaan, sehingga mereka bersama-sama dapat memahami, menjelaskan dan menyimpulkan masalah yang ada. Ambil contoh yang ada ; perawat dalam peran counselor menolong gadis remaja yang merasa tertekan itu untuk memahami bahwa perasaan itu adalah akibat perdebatanya dengan ibunya atas malam kencanya yang terakhir. Saat Perawat terus mendengarkan, ada hal yang membuat gadis ini tertekan dari perdebatan tersebut. Ketika Perasaan tersebut telah didiskusikan dan gadis itu mengakui bahwa perdebatan itu telah membuat dia depresi. Selanjutnya perawat dan pasien dapat menyimpulkan permasalahanya. Kemudian orang tua dan gadisnya setuju perlu mendiskusikan hal tersebut dengan perawat. Penjelasan satu sama lain dan penyimpulan masalah pada tahap orientasi, menyebabkan pasien langsung mampu menambah energy dari rasa keragu-raguan memenuhi kebutuhanya untuk lebih berani menghadapi permasalahnya. Hubungan telah dibentuk dan berlanjut lebih erat lagi sementara masalah telah di identifikasi.
Sementara pasien dan keluarga berdiskusi dengan perawat keputusan bersama dibuat tentang bentuk bantuan professional apa yang akan dilakukan. Perawat yang menjadi sumber yang dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Salah satu alternative perawat mungkin dapat terlibat dalam semua perjanjian yang telah disepakati merujuk keluarga kepada sumber yang lain seperti ahli psikologi, ahli psikiatrik, atau pekerja sosial lainya. Pada tahap orientasi perawat, pasien dan keluarga merencanakan jenis pelayanan apa yang dibutuhkan.
Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat dalam memberi dan menerima pertolongan secara timbal balik. Karena ini adalah tahap pertama maka perawat perlu menyadari tindakan pribadinya dengan pasien. Sebagai contoh perawat dapat bertindak berbeda kepada laki-laki yang berusia 40 tahun dengan nyeri pada abdomen yang masuk keruangan emergeny dengan diam dengan laki-laki 40 tahun yang selalu mengkomsumsi alcohol dan masuk ruangan emergency dengan berisik setelah sedikit mabok. Budaya, agama, ras, latar belakan pendidikan, pengalaman masa lalu, pemikiran yang berbeda dan harapan antara perawat dan pasien memainkan peran bagaimana tindakan perawat terhadap pasien. Factor-faktor pengaruh yang sama memainkan peran dalam reaksi pasien terhadap perawat.

Identifikasi (IDENTIFICATION)
Merupakan tahap yang kedua yaitu identifikasi, satu cara dimana pasien merespon secara selektif orang yang mampu memenuhi kebutuhanya. Setiap pasien pada tahap ini memiliki respon yang berbeda. Pasien bisa aktif mencari perawat atau sabar menunggu perawat yang mencarinya. Respon pada perawat ada 3 bagian: 1. Berpartisipasi dengan dan saling bergantung dengan perawat. 2. mandiri dan bebas dari perawat. 3. Pasif dan bergantung pada perawat.
Melalui tahap identifikasi baik pasien maupun perawat harus menjelaskan persepsi dan harapan masing-masing. Pengalaman masa lalu kedua-duanya harus menjadi sumber pengharapan mereka selama proses interpersonal. Sebagai tahap identifikasi sikap awal dari pasien dan perawat penting dalam membangun hubungan kerja , identifikasi masalah dan memutusan pertolongan yang tepat.
Persepsi dan harapan dari pasien dan perawat pada tahap identifikasi lebih kompleks disbanding tahap sebelumnya. Karena Pasien mulai selektif terhadap penolong. Ini membutuhkan lebih dari sekedar hubungan terapeutik intensif.
Sebagai ilustrasi, seorang pasien mastektomi menyatakan kepada perawat tentang ketidakmampuanya untuk mengerti latihan lenganya yang baru saja dijelaskan kepadanya karena merupakan hal yang penting setelah operasi. Perawat memperhatikan pengaruh lengan terhadap pembengkakan. Sementara perawat mencari alasan yang mungkin menyebabkan pembengkakan, pasien meminta untuk tidak melakukan latihan lengan. Pasien beralasan dari hasil pembicaraan dengan temanya bahwa latihan setelah operasi memperlambat penyembuhan. Agar memudahkan pasien mengerti dan meneruskan program latihan tersebut, maka perawat dapat menunjuk orang yang professional seperti ahli terapi fisik, perawat dan dokter akan menjelaskan kesalah pahamanya. Umumya hal itu yang terbaik apabila perawat secara objektif mendiskusikan peran setiap orang dan kentungan dan kerugian setiap konsultasi dengan mereka. Namun pada kasus ini pasien mungkin berkata bahwa ia tidak ingin berdiskusi dengan perawat maupun ahli terapi fisik karena ia menganggap hanya dokter yang punya informasi tentang hal itu. Persepsi sebelumya dari perawat dan ahli terapi dapat mempengaruhi keputusan pasien saat ini untuk memilih orang yang professional. Pada situasi ini perawat perlu mendukung keputusan pasien tersebut.
Sementara bekerja melalui tahapan identifikasi pasien mulai mempunyai rasa memiliki dan satu kemampuan untuk menghadadapi masalah, dimana mengurangi rasa ketidak berdayaan dan keputusaan. Hal ini akan menimbulkan rasa/sikap optimistis yang kuat dari dalam diri.
Exploitation. (eksploitasi)
Setelah Identifikasi , maka pasien bergerak ketahap exploitasi, dimana keuntungan semua pelayanan yang tersedia telah diambil. Pelayanan yang diberikan didasarkan atas ketertarikan dan kebutuhan pasien. Individu mulai terintegrasi dengan lingkungan penolong. Dia merasa memiliki kemampuan untuk mengendalikan keadaan berkat menerima pelayanan yang ditawarkan.
Selama tahap ini beberapa pasien boleh saja membuat permintaan lebih dibanding apa yang mereka telah lakukan saat mereka mengalami sakit yang lebih parah. Mereka membuat banyak permintaan yang kecil atau menggunakan hal lain “untuk mendapatkan perhatian” tehnik tersebut tergantung dari kebutuhan individu tersebut. bukan tidak memungkinkan Tindakan-tindakan tersebut sering dapat mempersulit bagi penyedia perawatan kesehatan jika tidak dimengerti secara baik. Perawat harus menghadapi tingkah laku pasien yang tidak sadar. Prinsip tehnik mewawancara harus digunakan supaya menggali, mengerti, dan mampu menghadapi masalah secara adequate. Sangat penting menggali kemungkinan penyebab perilaku pasien. Hubungan terapeutik harus dipelihara dengan menunjukkan sikap penerimaan, perhatian, dan kepercayaan. Perawat harus mendorong pasien memahami dan menggali perasaan, pemikiran, emosi, dan tingkah laku dengan menyediakan suasana yang tidak memojokkan dan satu emosional terapeutik yang meningkat.
Beberapa pasien tertarik untuk aktif dan terlibat dalam perawatan diri. ada pasien yang menjadi mampu mencukupi diri dengan menunjukkan inisiatif dan membentuk tingkah laku yang tepat untuk mencapai tujuan. Melalui determinasi-diri, pasien secara progresif meningkatkan tanggung-jawab terhadap diri mereka sendiri, percaya dengan potensi dan menyesuaikan dengan percaya diri dan bebas. Pasien secara realistis mulai menetapkan tujuan mereka sendiri terhadap peningkatan status kesehatan. Mereka berusaha keras untuk mencapai sebuah pola atau tujuan bagi hidup mereka dan yaitu untuk merasakan sehat. Hal ini dapat dicapai dengan menjadi produktif, melalui rasa percaya dan bergantung pada kemampuan diri dan bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri dan menjadi diri sendiri. Hasilnya, atas kepribadian yang unik dibentuk dan kekuatan dari dalam diri bertumbuh untuk menghadapi masalah atau tantangan.
Kebanyakan pasien berubah-ubah dalam ketergantungan terhadap orang lain, tergantung penyimpangan kesehatan, dan bebas berfungsi dalam keadaan sehat optimal. Menggunakan contoh sebelumya, orang ini boleh jadi membutuhkan latihan yang aktif sepanjang hari tetapi ia berkata terlalu capek hari berikutnya. Maka sebagai perawat perlu mengambil inisiatif untuk mengingatkan pasien terhadap jadwal latihan pasien.
Sikap yang berubah-ubah ini dapat di bandingkan untuk menyesuaikan reaksi remaja terhadap konflik bebas – terikat. Pasien bisa saja sementara tergantung namun secara bersamaan kebutuhan untuk bebas ada. Beragam penyebab yang memicu timbulnya ketidak seimbangan psikologi. Pasien akan terombang-ambing antara dua pernyataan dan menimbulkan kebingungan dan keragu-raguan, protes akan ketergantungan sementara ketakutan bila bebas. Dalam merawat pasien yang berubah-ubah antara bebas dan bergantung, perawat harus menghadapi hanya sikap yang ada dibandingkan harus mencoba menangani masalah yang tidak konsisten dan bertentangan. Perawat harus membuat suasana yang tidak mengancam, diamana seseorang dapat menghadapi dirinya sendiri dan memahami kelemahan diri sendiri, dan menggunakan kekuatanya tanpa mengesankan terhadap yang lain dan meminta pertolongan orang lain.
Perawat juga haruslah lebih memperhatikan pada berbagai segi komunikasi termasuk, penjelasan, mendengar, menerima dan menginterpretasi. Menggunakan factor-faktor tersebut secara benar akan menolong pasien menemukan tantanganya dan membuka jalan terhadap penyesuaian kepada yang kesehatan maksimum. Hal inilah yang dilakukan perawat untuk menolong pasien dalam mengeksploitasi semua cara untuk mendapatkan pertolongan dan kemajuan dibuat kearah langkah yang terakhir yaitu tahap resolusi

Resolusi (Resolution)
Tahap proses Intepersonal peplau yang terakhir adalah resolusi. Dimana kebutuhan pasien sudah dipenuhi melalui usaha bersama antara perawat dan pasien. Sekarang Pasien dan perawat perlu mengakhiri hubungan terapeutik mereka dan menghilangkan hubungan antara mereka.
Terkadang memutuskan hubungan diantara perawat dan pasien tersebut sangatlah sulit. Ketergangungan kebutuhan dalam satu hubungan terapeutik sering berlanjut secara psikologi setelah kebutuhan psiologis terpenuhi. Pasien merasa belumlah saatnya untuk mengakhiri hubungan. Sebagai contoh seorang ibu yang baru memiliki keinginan untuk belajar mengukur temperature anaknya. Pada kunjungan kerumah yang pertama oleh komunitas perawat kesehatan mereka membuat satu tujuan bagaimana cara mengukur temperatur bayi dengan tepat dan ibu tersebut dapat melakukannya dengan tepat setelah kunjungan yang kedua sehingga tujuan mereka tercapai. Maka hubungan berakhir karena masalah sudah selesai. Namum setelah seminggu kemudian setelah resolusi, ibu ini kembali menelepon komunitas perawat kesehatan sebanyak tiga kali untuk pertanyaan yang kecil tentang perawatan anak. Pada titik ini ibu tersebut belum memutuskan hubungan dengan komunitas perawat kesehatan.
Resolusi terakhir Boleh jadi sulit bagi perawat. Dalam contoh diatas ibu tersebut ingin mengakhiri hubungan tetapi komunitas perawat kesehatan meneruskan kunjungan ke rumah karena ingin melihat kemajuan dari bayi. Dalam hal ini perawat tidak mampu lepas dari ikatan hubungan yang ada. Pada tahap resolusi, seperti pada tahap yang lain, keragu-raguan dan ketegangan antara pasien dan perawat akan meningkat bilamana ada kegagalan dalam penyelesaian tahap tersebut.
Selama resolusi sukses, pasien akan terlepas dari penolong yaitu perawat. Tahap ini adalah hasil perkembangan langsung atas suksesnya penyelesaian tahap-tahap lainya. Pasien memutuskan ikatan dengan perawat. Keseimbangan emosi yang lebih sehat ditunjukkan. Perawat juga harus menunjukkan bahwa ia terbebas dari pasien. Saat hubungan terapeutik interpersonal dibubarkan pada contoh tahap-tahap diatas, maka perawat dan pasien akan menjadi individu yang semakin matang. Kebutuhan pasien telah terpenuhi dan berlanjut kepada tujuan lain yang baru.

Tautan :biography hildegrad peplau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar